Jumat, 26 Juni 2015
5 Cara Membuat Ramadhan Tahun Ini Berkah Dan Indah
Bulan puasa adalah bulan yang akan memberikan kesan yang indah di penghujung Lebaran nanti. Barang siapa yang bisa melalui Bulan Ramadan dengan khusyuk, niscaya akan merasakan kedamaian dan ketenangan di penghujung Hari Kemenangan nanti.
Kita berpuasa dengan berbagai kesibukan masing-masing. Ada yang kuliah, mengasuh anak, bekerja dan sebagainya. Namun, jangan sampai kesibukan itu menghimpit ibadah yang kita jalani. Sayang kan kalau puasa ini hanya dapat lapar dan hausnya saja?
Setidaknya setiap tahun, apabila masih diberikan umur, kita bisa memperbaiki diri di bulan yang suci ini. Apa saja yang bisa kita pelajari dari Ramadan tahun ini? Mumpung masih ada beberapa hari ke depan, yuk mencoba merenungkan beberapa hal ini.
Sedekah, Berbagi Yang Memberi Arti
Dalam bulan puasa, segala perbuatan baik dan
ibadah akan diganjar berlipat ganda. Sedekah tak akan membuat harta kita
berkurang, justru pahala kita bertambah. Di sisi lain, kita sudah
berbagi kenikmatan dengan saudara-saudari kita yang membutuhkan.
Mengganti Marah Dengan Menjadi Ramah
Puasa membantu kita menahan hawa nafsu, tutur
kata dan amarah. Cobalah untuk lebih banyak tersenyum, mengikhlaskan dan
memaafkan. Gantilah amarah dengan sikap ramah. Insha Allah usaha kita
untuk menjadi lebih baik akan dilancarkan.
Dulukan Ibadah Akan Menjadi Berkah
Sudah adzan, maka dulukan ibadah kita. Dulukan
sholat, sempatkan taraweh. Sempatkan beribadah ke masjid untuk beribadah
di rumah-Nya. Bulan Ramadan adalah kesempatan kita untuk menjalin
hubungan yang lebih berkualitas secara vertikal. Insha Allah segala
usaha yang kita lakukan jadi lebih lancar dan dimudahkan.
Perbanyak Ibadah Dan Mari Berubah
Sebelumnya jarang mengaji? Sebelumnya tidak
mendengarkan khotbah? Sering bolong ikut sholat taraweh? Yuk coba
perbaiki diri di bulan ini. Lebih banyak sholat berjamaah, ikut sholat
taraweh sepaket dengan khotbahnya. Sempatkan mengaji seusai sholat
sambil membaca maknanya. Setiap langkah yang menuju ibadah akan diganjar
pahala oleh Allah SWT. Di sisi lain, Ramadan ini kita berubah jadi
lebih baik. Practices makes perfect, biasakan dan lama-lama tidak
menjadi beban.
Menang Bersama-Sama
Nah, setelah melakukan ibadah selama 30 hari,
jangan lupa untuk saling memaafkan. Ibadah dengan ikhlas, berubah karena
kesadaran dan memaafkan adalah sebagian dari kemenangan yang kita raih
setelah 30 hari berpuasa.
Agar puasa ini memberikan kesan hingga di Hari Kemenangan, coba
lakukan beberapa tips di atas. Jangan lupa, pertahankan kebaikan yang
Anda tanamkan dalam diri agar bisa terus menjadi lebih baik dan lebih
baik lagi. Semoga kita semua bisa menang bersama-sama. Selamat berpuasa.sulis setyawati
<a href="http://picasion.com/"><img src="http://i.picasion.com/pic80/d45368d516654f811013263c316699e8.gif" width="300" height="225" border="0" alt="http://picasion.com/" /></a><br /><a href="http://picasion.com/">http://picasion.com/</a>
CARA MEMBUAT WEBSITE DENGAN NOTEPAD
Sahabat perlu engkau ketahui, bahwa diakhirat nanti ada 4 golongan yang akan ditarik masuk ke neraka oleh wanita, lelaki itu adalah mereka yang tidak memberikan hak kepada wanita dan tidak menjaga amanah itu, mereka ialah:
1. Ayah nya
Apabila seorang yang bergelar ayah tidak mempedulikan anak-anak perempuannya didunia ia tidak memberikan segala keperluan agama seperti sholat mengaji dan dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat maka bersiap-siaplah diakhirat kelak untuk ditarik keneraka.
Duhai yang bergelar ayah, bagaimana keadaan anak perempuanmu sekarang? Adakah engkau mengajarkan tentang agama dan wajibnya menutup aurat? Jika tidak mempedulikan hal itu mka bersiap-siaplah untuk menjadi bahan bakar neraka jahanam.
2. Suami nya Apabila seorang suami tidak mempedulikan tindak tanduk isterinya, bergaul bebas, memperhiaskan diri selain untuk suaminya, meskipun suaminya seorang alim ulama akan tetapi tidak mempedulikan hal itu maka bersiap-siaplah untuk ditarik keneraka diakhirat kelak.
Duhai yang bergelar suami, sudahkan engkau melihat, memperhatikan bagaimana isterimu? Bagaimana ia dalam menjaga akhlaq menurut Syariat yang telah ditetapkan? Jika kau tidak mempedulikannya, maka bersiap-siaplah untuk sehidup semati ditaman neraka sana.
3. Abang-abang nya (Saudara lelakinya) Apabila ayah sudah tiada, maka tanggung jawab wanita jatuh kepada abang-abangnya atau saudara lelakinya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adiknya dibiarkan melenceng dari aturan syar’i tunggulah tarikan adiknya diakhirat kelak.
Duhai lelaki yang mempunyai adik perempuan, didiklah dan jagalah adik mu sesuai dengan ajaran islam, jangan sampai kau membiarkannya bergaul dalam lingkup maksiat dan tidak menutup aurat , jika kau membiarkannya bersiap-siaplah untuk ditarik oleh adik perempuanmu ke neraka jahanam diakhirat kelak.
4. Anak-anak lelaki nya
Apabila seorang anak lelaki tidak menasehati seorang ibu, jika ibunya sedang khilaf misal membuat kemunkaran mengumpat orang, memfitnah dsb, maka anak itu akan dihisab dan nantikan tarikan dari ibunya.
Duhai anak lelaki kasihanilah ibu mu jika tersalah, sayangilah dan selamatkanlah ia dari bahan bakar api neraka, jika kau tidak maka bersiap-siaplah menemani ibumu dineraka nanti.
Firman Alloh SWT: “Hai anak adam peliharalah dirimu serta keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya jin, manusia dan batu.”
Mudah-mudahan bermanfaat, Salam santun erat silaturahmi.
Sabtu, 30 Mei 2015
BIOGRAFI IBNU RUSYD
Ibnu Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan
menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi,
filsafat, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1198 di Kordoba, Spanyol.
Di Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ayah Ibnu Rusyd adalah seorang ahli
hukum yang cukup berpengaruh di Kordoba. Sementara itu, banyak saudaranya
menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarganya itulah
yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitas Ibnu Rusyd
di kemudian hari. Ibnu Rusyd adalah seorang tokoh perintis ilmu jaringan tubuh
(histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit
cacar.
Abad XII dan beberapa abad sebelumnya adalah zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Dinasti Abbasiyah sedang berkuasa, dengan pusat pemerintahan di Semenanjung Andalusia (Spanyol). Para penguasa muslim pada masa itu sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka sering meminta para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa. Dengan begitu, nama-nama ilmuwan beserta Yunani beserta karyanya, seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, dan Euclides, masih tetap terpelihara hingga sekarang.
Ibnu Rusyd dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal pakar di bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu pasti, dan ilmu agama. Sehubungan dengan itu, ia sangat menguasai ilmu tafsir al-Quran dan hadis, juga ilmu hukum dan fikih. Disebabkan kecerdasannya itulah, ia kemudian diangkat menjadi Hakim Agung Kordoba, sebuah jabatan yang pernah dipegang kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al-Murabitun di Afrika Utara. Ibnu Rusyd menjadi hakim agung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Ya’kub Yusuf hingga anaknya, Khalifah Abu Yusuf.
Biografi Ibnu Rusyd: Perintis Ilmu Jaringan Tubuh
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di Eropa. Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan ilmu kalamnya.”
Ibnu Rusyd juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku Aristoteles yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal itu, Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles tersebut bahkan melengkapinya. Ibnu Rusyd juga menerjemahkan dan melengkapi sejumlah karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad.
Pada tahun 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan. Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan filsafat Yunani.
Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat. Meskipun begitu, ia tetap menghormati karya para pendahulunya. Ia juga tertarik pada gagasan al-Farabi tentang logika. Hal itu selalu memberinya inspirasi untuk berkarya. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
Di bidang ilmu agama, Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya, seperti Tahafut at-tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat (agama dan wahyu).
Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78 karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Kini, sejumlah karyanya tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol. Tidak banyak yang mengetahui kalau Ibnu Rusyd pernah hidup dalam pembuangan. Ia pernah dibuang di Lecena, Spanyol, karena dianggap murtad dan menghina kepala negara. Ia juga pernah dibuang ke Maroko karena difitnah seseorang.
Ibnu Rusyd wafat pada tahun 1198 (595 H) di kota Marakis, Maroko. Jenazahnya kemudian dibawa ke Andalusia dan dimakamkan di sana.
Sumber
Sumber: Buku Biografi Para Ilmuwan Muslim
Abad XII dan beberapa abad sebelumnya adalah zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Dinasti Abbasiyah sedang berkuasa, dengan pusat pemerintahan di Semenanjung Andalusia (Spanyol). Para penguasa muslim pada masa itu sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka sering meminta para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa. Dengan begitu, nama-nama ilmuwan beserta Yunani beserta karyanya, seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, dan Euclides, masih tetap terpelihara hingga sekarang.
Ibnu Rusyd dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal pakar di bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu pasti, dan ilmu agama. Sehubungan dengan itu, ia sangat menguasai ilmu tafsir al-Quran dan hadis, juga ilmu hukum dan fikih. Disebabkan kecerdasannya itulah, ia kemudian diangkat menjadi Hakim Agung Kordoba, sebuah jabatan yang pernah dipegang kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al-Murabitun di Afrika Utara. Ibnu Rusyd menjadi hakim agung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Ya’kub Yusuf hingga anaknya, Khalifah Abu Yusuf.
Biografi Ibnu Rusyd: Perintis Ilmu Jaringan Tubuh
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di Eropa. Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan ilmu kalamnya.”
Ibnu Rusyd juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku Aristoteles yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal itu, Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles tersebut bahkan melengkapinya. Ibnu Rusyd juga menerjemahkan dan melengkapi sejumlah karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad.
Pada tahun 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan. Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan filsafat Yunani.
Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat. Meskipun begitu, ia tetap menghormati karya para pendahulunya. Ia juga tertarik pada gagasan al-Farabi tentang logika. Hal itu selalu memberinya inspirasi untuk berkarya. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
Di bidang ilmu agama, Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya, seperti Tahafut at-tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat (agama dan wahyu).
Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78 karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Kini, sejumlah karyanya tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol. Tidak banyak yang mengetahui kalau Ibnu Rusyd pernah hidup dalam pembuangan. Ia pernah dibuang di Lecena, Spanyol, karena dianggap murtad dan menghina kepala negara. Ia juga pernah dibuang ke Maroko karena difitnah seseorang.
Ibnu Rusyd wafat pada tahun 1198 (595 H) di kota Marakis, Maroko. Jenazahnya kemudian dibawa ke Andalusia dan dimakamkan di sana.
Sumber
Sumber: Buku Biografi Para Ilmuwan Muslim
sahabat
Mempunyai banyak sahabat adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, tidak dipungkiri ketika banyak masalah melanda selain Alloh tempat kita bersandar, kitapun masih bisa meminjam bahu sahabat untuk lebih melegakan hati dan pikiran...
Jumat, 29 Mei 2015
6 Langkah Hidup lebih baik :)
1. Jangan Pernah Membenci
2. Hidup Sederhana
3. Berharap Dari yang Paling kecil
4. Banyak Memberi
5. Hidup Dengan kasih sayang
6. Selalu Bersama ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.
Semoga kita bisa hidup lebih baik dan bahagia di dunia akhirat. Aamiin.
Hidup didunia sementara saja…
Sekedar mampir sekejap mata…
Jangan terpesona, jangan terpedaya…
Akhirat nanti tempat sebenarnya…
Perbanyak amal itu yang utama…
Semoga mati nanti masuk surgaNya… Insya Allah,
Aamiin Yaa Rabbal'Aalamiin.
Selasa, 07 April 2015
UNTUK YANG MENCARI PASANGAN HIDUP "
Yang membuat hati SENANG
Bukan karena UANG
Tapi pasangan hidup yang penuh KASIH SAYANG
Yang membuat hati NYAMAN
Bukan karena JABATAN
Tapi pasangan hidup yang penuh PENGERTIAN
Yang membuat hati BERSYUKUR
Bukan karena kehidupan yang MAKMUR
Tapi pasangan yang hidup JUJUR
Yang membuat semangat BERKOBAR
Bukan karena mobil yang BERJAJAR
Tapi pasangan yang hidupnya PENYABAR
Yang membuat hidupnya BERKAT
Bukan rumah yang BERTINGKAT
Tapi pasangan yang hidupnya TAAT
Yang membuat hidup BAHAGIA
Bukan karena HARTA
Tapi pasangan yang hidup SETIA
Yang membuat hidup SUKA CITA
Bukan karena memiliki PERMATA
Tapi memiliki pasangan hidup yang penuh CINTA
Mulailah hidupmu untuk menjadi BERKAH
Bagi orang yang paling dekat DENGANMU
Yaitu pasangan HIDUPMU
KEBERHASILAN SEJATI adalah ketika kamu tetap SETIA
Dan bisa membuat pasangan hidupmu BERBAHAGIA
Saat hidup BERSAMAMU
Minggu, 05 April 2015
Berbenah Diri Untuk Penghafal Al-Qur’an
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang menjamin kemurnian Al-Qur‘ân telah memudahkan umat ini untuk
menghafal dan mempelajari kitab-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan para
hamba-Nya agar membaca ayat-ayat-Nya, merenungi artinya, dan mengamalkan serta
berpegang teguh dengan petunjukNya. Dia Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan
hati para hamba yang shalih sebagai wadah untuk memelihara firman-Nya. Dada mereka
seperti lembaran-lembaran yang menjaga ayat-ayat-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
Sebenarnya, Al-Qur‘ân itu adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada
yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim … (Qs al-Ankabût/29:49).
Dahulu, para sahabat
Radhiallahu’anhum yang mulia dan Salafush-Shalih, mereka berlomba-lomba
menghafal Al-Qur‘ân, generasi demi generasi. Bersungguh-sungguh mendidik
anak-anak mereka dalam naungan Al-Qur‘ân, baik belajar maupun menghafal
disertai dengan pemantapan ilmu tajwid, dan juga mentadabburi yang
tersirat dalam Al-Qur‘ân, (yaitu) berupa janji dan ancaman.
Berikut ini adalah nasihat yang
disampaikan oleh Dr. Anis Ahmad Kurzun diangkat dari risalah beliau Warattilil
Qur’âna Tartîla, dan diterjemahkan oleh al-Akh Zakariyya al-Anshari.
Pembahasan ini menyangkut metode-metode, sebagai bekal dalam meraih kemampuan
untuk dapat menghafal Al-Qur‘ân secara baik.
Karena, sebagaimana disebutkan oleh
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali Rahimahullah , bahwasanya dahulu, para salaf
mewasiatkan agar betul-betul memperbagus dan memperbaiki amalan (membaca dan
menghafal Al-Qur‘ân, Red.). Bukan hanya sekedar memperbanyak (membaca
dan menghafalnya, Red.), karena amalan yang sedikit disertai dengan
memperbagus dan memantapkannya, itu lebih utama daripada amalan yang banyak
tanpa disertai dengan pemantapan. Lihat Risalah Syarah Hadits Syaddâd bin
Aus, karya Ibnu Rajab, hlm. 35.
Mudah-mudahan dengan kedatangan
bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan ini, dapat kita manfaatkan untuk
meningkatkan perhatian kita kepada Al-Qur‘ân, mempelajarinya, mentadabburi,
memperbaiki bacaan, dan menghafalnya.
SATU Ikhlas, Kunci Ilmu dan
Pemahaman
Jadikanlah niat dan tujuan menghafal
untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan selalu ingat
bahwasanya yang sedang Anda baca ialah Kalamullah. Berhati-hatilah Anda dengan
faktor yang menjadi pendorong dalam menghafal, apakah untuk meraih kedudukan di
tengah-tengah manusia, ataukah ingin memperoleh sebagian dari keuntungan dunia,
upah dan hadiah? Allah tidak menerima sedikit pun dari amalan melainkan apabila
ikhlas karena-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan (menjalankan)
agama dengan lurus. (Qs al-Bayyinah/98:5).
DUA Menjauhi Maksiat dan Dosa
Hati yang penuh dengan kemaksiatan
dan sibuk dengan dunia, tidak ada baginya tempat cahaya al-Qur’ân. Maksiat
merupakan penghalang dalam menghafal, mengulang dan mentadabburi Al-Qur‘ân.
Adapun godaan-godaan setan dapat memalingkan seseorang dari mengingat Allah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Setan telah menguasai mereka lalu
menjadikan mereka lupa mengingat Allah.
(Qs al-Mujâdilah/58:19).
‘Abdullah bin Al-Mubarâk
meriwayatkan dari adh-Dhahhak bin Muzâhim, bahwasanya dia berkata;”Tidak
seorang pun yang mempelajari Al-Qur`ân kemudian dia lupa, melainkan karena dosa
yang telah dikerjakannya. Karena Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala : (Dan apa
saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri) –Qs asy- Syûra/42 ayat 30- . Sungguh, lupa terhadap Al-Qur`ân
merupakan musibah yang paling besar.1
Ketahuilah, Imam asy-Syafi’i yang
terkenal dengan kecepatannya menghafal, pada suatu hari ia mengadu kepada
gurunya, Waqi‘, bahwa hafalan Al-Qur‘ânnya lambat. Maka gurunya memberikan
terapi mujarab, agar ia meninggalkan maksiat dan mengosongkan hati dari segala
hal yang dapat memalingkannya dari Rabb. Imam asy-Syafi’i berkata:
Saya mengadu kepada Waqi’ buruknya
hafalanku,
maka dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat.
Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya,
dan cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak diberikan kepada pelaku maksiat.
maka dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat.
Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya,
dan cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak diberikan kepada pelaku maksiat.
Imam Ibnu Munadi berkata,”Sesungguhnya
menghafal memiliki beberapa sebab (yang membantu). Di antaranya, yaitu
menjauhkan diri dari hal-hal yang tercela. Hal itu dapat terwujud, apabila
seseorang mencegah diri (dari keburukan, Pent.) Pent.), menghadap kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan ridha, memasang telinganya, dan pikirannya bersih
dari ar-râin.”2
Yang dimaksud dengan ar-râ‘in,
ialah sesuatu yang menutupi hati dari keburukan maksiat, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Qs al-Muthaffifin/83:14).
Barang siapa menjauhkan dirinya dari
kemaksiatan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan hatinya untuk selalu
mengingat-Nya, mencurahkan hidayah kepadanya dalam memahami ayat-ayat-Nya,
memudahkan baginya menghafal dan mempelajari Al-Qur‘ân, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala :
Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (Qs al-’Ankabût/29:69).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah telah
membawakan perkataan Ibnu Abi Hâtim berkaitan dengan makna ayat ini: “Orang
yang melaksanakan apaapa yang ia ketahui, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan memberinya petunjuk terhadap apa yang tidak ia ketahui”.3
TIGA Memanfaatkan Masa Kanak-Kanak
dan Masa Muda
Saat masih kecil, hati lebih fokus
karena sedikit kesibukannya. Dikisahkan dari al-Ahnaf bin Qais, bahwasanya ia
mendengar seseorang berkata:
“Belajar pada waktu kecil, bagaikan
mengukir di atas batu”. Maka al-Ahnaf berkata,”Orang dewasa lebih banyak
akalnya, tetapi lebih sibuk hatinya.”4
Seharusnya siapa pun yang telah
berlalu masa mudanya supaya tidak menyia-nyiakan waktu untuk menghafal. Jika ia
konsentrasikan hatinya dari kesibukan dan kegundahan, niscaya ia akan
mendapatkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur‘ân, yang tidak dia dapatkan pada
selain Al-Qur‘ân. Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan
Al-Qur‘ân untuk pelajaran, maka adakah yang mau mengambil pelajaran? (Qs al-Qomar/54:17).
Demikianlah di antara keistimewaan
Al-Qur‘ân. Perlu Anda ketahui, tatkala manusia telah mencapai usia tua, saraf
penglihatannya akan melemah. Kadangkala dia tidak mampu membaca Al-Qur‘ân yang
ada di mushaf. Dengan demikian, yang pernah dihafal dalam hatinya, akan dia
dapatkan sebagai perbendaharaan yang besar. Dengannya ia membaca dan
bertahajjud. Tetapi jika sebelumnya ia tidak pernah menghafal Al-Qur‘ân sedikit
pun, maka alangkah besar penyesalannya.
EMPAT Memanfaatkan Waktu Semangat
dan Ketika Luang
Tidak sepantasnya bagi Anda, wahai
pembaca, menghafal pada saat jenuh, lelah, atau ketika pikiran Anda sedang
sibuk dalam urusan tertentu. Karena hal itu dapat mengganggu kosentrasi
menghafal. Tetapi pilihlah ketika semangat dan pikiran tenang. Alangkah bagus,
jika waktu menghafal (dilakukan) ba’da shalat Subuh. Saat itu merupakan
sebaik-baik waktu bagi orang yang tidur segera.
LIMA Memilih Tempat yang Tenang
Yaitu dengan menjauhi tempat-tempat
ramai, bising. Sebab, hal itu akan mengganggu dan membuat pikiran
bercabang-cabang. Maka ketika Anda sedang berada di rumah bersama anakanak,
atau (sedang) di kantor, di tempat bekerja, di tengah teman-teman, jangan
mencoba-coba menghafal sedangkan suara manusia di sekitar Anda. Atau di tengah
jalan ketika sedang mengemudi, di tempat dagangan ketika transaksi jual beli.
Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
Allah sekali-kali tidak menjadikan
bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya
… (Qs al-Ahzab/33:4).
Sebaik-baik tempat yang Anda pilih
untuk menghafal ialah rumah-rumah Allah (masjid) agar mendapatkan pahala
berlipat ganda. Atau di tempat lain yang tenang, tidak membuat pendengaran dan
penglihatan Anda sibuk dengan yang ada di sekitar Anda.
ENAM Kemauan dan Tekad yang Benar
Kemauan yang kuat lagi benar sangat
mempengaruhi dalam menguatkan hafalan, memudahkannya, dan dalam berkonsentrasi.
Adapun seseorang yang menghafal karena permintaan orang tua atau gurunya tanpa
didorong oleh kemauannya sendiri, ia tidak akan mampu bertahan. Suatu saat
pasti akan tertimpa penyakit futur (penurunan semangat).
Keinginan bisa terus bertambah
dengan motivasi, menjelaskan pahala dan kedudukan para penghafal Al-Qur‘ân,
orang yang selalu bersama Al-Qur‘ân, dan membersihkan jiwa yang berlomba dalam
halaqah, di rumah atau di sekolah. Tekad yang benar akan menghancurkan
godaan-godaan setan, dan dapat menahan jiwa yang selalu memerintahkan
keburukan.
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata:
Barang siapa memiliki tekad yang
benar, setan pasti akan putus asa (mengganggunya). Kapan saja seorang hamba itu
ragu-ragu, setan akan mengganggu dan menundanya untuk melaksanakan amalan,
serta akan melemahkannya.5
TUJUH Menggunakan Panca Indra
Kemampuan dan kesanggupan seseorang
dalam menghafal berbeda-beda. Begitu juga kekuatan hafalan seseorang dengan
yang lainnya bertingkat-tingkat. Akan tetapi, memanfaatkan beberapa panca indra
dapat memudahkan urusan dan menguatkan hafalan dalam ingatan.
Bersungguh-sungguhlah, wahai
Pembaca, gunakanlah indra penglihatan, pendengaran dan ucapan dalam menghafal.
Karena masing-masing indra tersebut memiliki sistem tersendiri yang dapat
mengantarkan hafalan ke otak. Apabila metode yang digunakan itu banyak, maka
hafalan menjadi semakin kuat dan kokoh.
Adapun caranya, yaitu Anda mulai
terlebih dahulu membacanya dengan suara keras, apa yang hendak dihafalkan,
sedangkan Anda melihat ke halaman yang sedang Anda baca. Dengan terus melihat
dan mengulanginya sampai halaman tersebut terekam dalam memori Anda. Sertakan
pendengaran Anda dalam mendengarkan bacaan, lalu merasa senang. Apalagi jika
Anda membaca dengan suara senandung yang disukai oleh jiwa.
Seseorang yang menghafal Al-Qur‘ân
dengan melihat mushaf, sedangkan ia diam, atau dengan cara mendengarkan kaset
murottal tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup ketika menghafal hanya membaca
dengan suara lirih, maka semua metode ini tidak mengantarnya mencapai tujuan
dengan mudah.
Perlu Anda ketahui, bahwasanya
(dalam menghafal) manusia ada dua macam.
- Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara mendengar
daripada menghafal dengan melihat mushaf. Ingatannya ini disebut Sam’iyyah
(pendengaran).
- Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara melihat.
Apabila ia membaca satu penggal ayat Al-Qur‘ân (akan) lebih bisa menghafal
daripada (hanya dengan) mendengarkannya. Ingatannya ini disebut Bashariyyah
(penglihatan).
Apabila Anda termasuk di antara
mereka, maka sebelum menghafal, perbanyaklah membaca ayat dengan melihat mushaf
dalam waktu yang lebih lama. Kemudian tutuplah mushaf dan tulis
ayat-ayat yang baru saja Anda hafal dengan tangan. Setelah itu cocokkan yang
Anda tulis dengan mushaf, agar Anda mengetahui mana yang salah, dan
tempattempat hafalan yang lemah, sehingga Anda dapat mengulangi untuk memantapkannya.
Jika Anda memperhatikan bahwa Anda
selalu salah dalam satu kalimat tertentu atau lupa setiap kali mengulangnya,
maka tanamkan kalimat tersebut dalam memori Anda dengan membuat kalimat serupa
yang Anda ketahui. Dengan demikian, Anda akan mengingat kalimat tersebut dengan
kalimat yang Anda buat.
Imam Ibnu Munadi telah menunjukkan
kepada kita masalah ini dengan perkataannya: “Seorang guru hendaklah
mempraktekkan metode ini kepada murid. Yaitu memerintahkannya agar mengingat
nama, atau sesuatu yang dia ketahui yang serupa dengan kalimat al-Qur`ân yang
ia selalu lupa, sehingga akan menjadikannya ingat, insya Allah.”6
Kemudian beliau berdalil dengan
perkataan Ali Radhiallahu’anhu kepada Abu Musa Radhiallahu’anhu : “Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan agar aku memohon
petunjuk dan kebenaran kepada Allah. Lalu aku mengingat kalimat (petunjuk)
dengan (petunjuk jalan), dan aku mengingat (kebenaran) dengan (membetulkan
busur)”.7
DELAPAN Membatasi Hanya Satu Cetakan
Mushaf
Bagi para penghafal, utamakan
memilih cetakan mushaf, yang diawali pada tiap-tiap halamannya permulaan
ayat dan diakhiri dengan akhir ayat. Ini memiliki pengaruh sangat besar dalam
menanamkan bentuk halaman dalam memori (ingatan), dan mengembalikan konsentrasi
terhadap halaman tersebut ketika mengulang. Jika cetakan mushaf berbeda-beda,
akan menimbulkan ingatan halaman dalam otak berbeda-beda, dan akan membuyarkan
hafalannya, serta tidak bisa konsentrasi.
Begitu pula saya wasiatkan kepada
saudaraku agar bersungguh-sungguh menggunakan mushaf saku, atau mushaf
yang terdiri dari beberapa bagian, sesuai dengan cetakan mushaf yang sedang
Anda hafal. Ini merupakan hal yang sangat baik. Setiap kali Anda mendapatkan
waktu luang dan semangat, dimana pun Anda berada, supaya segera memanfaatkan
waktu tersebut untuk menghafal hafalan baru, atau mengulang hafalan lama.
SEMBILAN Pengucapan yang Betul
Setelah Anda memilih waktu, tempat
yang sesuai dan membatasi hanya satu cetakan mushaf yang hendak Anda
hafal, maka wajib bagi Anda membetulkan pengucapan dan mengoreksi
kalimat-kalimat Al-Qur‘ân kepada seorang guru yang mutqin (ahli) sebelum
mulai menghafal. Atau dengan cara mendengarkannya melalui kaset murattal
seorang qari‘. Hal ini supaya Anda terjaga dari kekeliruan. Karena apabila
kalimat yang telah Anda hafal itu salah, akan sulit bagi Anda membetulkannya
setelah terekam dalam memori.
Imam Ibnu Munadi
berkata,”Ketahuilah, menghafal itu memiliki beberapa sebab. Di antaranya,
seseorang membaca kepada orang yang lebih banyak hafalannya, karena orang yang
dibacakan kepadanya lebih mengetahui kesalahan daripada orang yang membaca.”8
Wahai saudaraku,
bersungguh-sungguhlah menghadiri majlis-majlis tahfizhul-Qur‘ân,
bertatap muka dengan para hafizh dan guruguru yang mutqin, agar Anda terhindar
dari kesalahan dan dapat menghafal dengan landasan yang kokoh.
Saya wasiatkan juga kepada saudaraku
para pengajar Al-Qur‘ân, di masjid-masjid, di sekolah-sekolah agar
bersungguh-sungguh membetulkan bacaan para murid pada ayat-ayat yang hendak
mereka hafal, dan mengarahkan mereka supaya betul-betul mengoreksi
kalimatkalimat Al-Qur‘ân yang sering terjadi padanya kesalahan. Begitu juga
seorang guru meminta kepada para muridnya agar selalu mengulangulang hafalan
kepada sesama teman untuk menjaga mereka dari kemungkinan terjadinya kesalahan.
SEPULUH Hafalan yang Saling
Bersambung
Jangan lupa, wahai saudaraku!
Jadikanlah hafalan Anda saling berkaitan. Setiap kali Anda menghafal satu ayat
kemudian merasa telah lancar, maka ulangilah membaca ayat tersebut dengan ayat
sebelumnya. Kemudian lanjutkan menghafal ayat berikutnya sampai satu halaman
dengan menggunakan metode ini.
Disamping itu, apabila Anda telah
menghafal satu halaman, maka harus membacanya kembali sebelum meneruskan ke
halaman berikutnya. Begitu pula apabila hafalan Anda sudah sempurna satu surat,
hendaklah menggunakan metode tadi, agar rangkaian ayatayat itu dapat teringat
dalam memori Anda. Sungguh, jika tidak menggunakan metode ini, membuat hafalan
Anda tidak terikat. Dan ketika menyetor hafalan, Anda akan membutuhkan seorang
guru yag selalu mengingatkan permulaan tiap-tiap ayat. Begitu juga akan membuat
Anda mengalami kesulitan ketika muraja‘ah hafalan.
SEBELAS Memahami Makna Ayat
Di antara yang dapat membantu Anda
menggabungkan ayat dan mudah dalam menghafal, yaitu terus-menerus meruju‘
kepada kitab-kitab tafsir yang ringkas, sehingga Anda memahami makna ayat
meskipun global. Atau paling tidak, Anda menggunakan kitab Kalimatul Qura’ni
Tafsiiru wa Bayan karya Syaikh Hasanain Muhammad Makhlûf. Dengan mengetahui
makna-makna kalimat, dapat membantu Anda memahami makna ayat secara global.
DUA BELAS Hafalan yang Mantap
Sebagian pemuda membaca penggalan
ayat, dua sampai tiga kali saja. Lalu menyangka bahwa ia telah hafal. Lantas
pindah ke penggalan ayat berikutnya karena ingin tergesagesa disebabkan
waktunya sempit, atau karena persaingan di antara temannya, atau disebabkan
desakan seorang guru kepadanya. Perbuatan ini, sama sekali tidak benar dan
tidak bermanfaat. Sedikit tetapi terus-menerus itu lebih baik, daripada banyak
tetapi tidak berkesinambungan. Hafalan yang tergesa-gesa mengakibatkan cepat
lupa.
Fakta ini tersebar di kalangan para
penghafal. Penyebabnya, kadangkala seseorang merasa puas dan tertipu terhadap
dirinya ketika hanya mencukupkan membaca penggalan ayat beberapa kali saja.
Apabila ia merasa penggalan ayat tadi sudah masuk dalam ingatannya, maka ia
beralih ke ayat berikutnya. Dia menyangka, semacam ini sudah cukup baginya.
Faktor yang mendukung fakta ini,
karena sebagian pengampu hafalan mengabaikan persoalan ini ketika penyetoran
hafalan. Padahal semestinya, seorang penghafal tidak boleh berhenti menghafal
dan mengulang dengan anggapan bahwa ia telah hafal ayat-ayat tersebut. Bahkan
ia harus memantapkan hafalannya secara terus-menerus mengulang ayat-ayat yang
dihafalnya. Karena setiap kali mengulang kembali, akan lebih memperbagus
hafalannya, dan meringankan bebannya ketika muraja‘ah.
TIGA BELAS Terus-Menerus Membaca
Tetaplah terus membaca Al-Qur‘ân
setiap kali Anda mendapatkan kesempatan. Karena banyak membaca, dapat
memudahkan menghafal dan membuat hafalan menjadi bagus. Banyak membaca termasuk
metode paling utama dalam muraja‘ah.
Cobalah Anda perhatikan, sebagian
surat dan ayat yang sering Anda baca dan dengar, maka ketika menghafalnya, Anda
tidak perlu bersusah payah. Sehingga apabila seseorang telah sampai hafalannya
pada ayat-ayat tersebut, maka dengan mudah ia akan menghafalnya. Contohnya
surat al-Wâqi‘âh, al-Mulk, akhir surat al-Furqân, apalagi juz ‘amma dan
beberapa ayat terakhir dari surat al-Baqarah.
(Dengan sering membaca), dapat
dibedakan antara seorang murid (yang satu) dengan murid lainnya. Barang siapa
yang memiliki kebiasaan setiap harinya selalu membaca dan memiliki target
tertentu yang ia baca, maka menghafal baginya (menjadi) mudah dan ringan. Hal
ini dapat dibuktikan dalam banyak keadaan. Ayat mana saja yang ingin dihafal,
hampir-hampir sebelumnya seperti sudah dihafal. Akan tetapi yang sedikit
membaca dan tidak membuat target tertentu setiap harinya untuk dibaca, ia akan
mendapatkan kesulitan yang besar ketika menghafal.
Perlu diketahui, wahai saudaraku!
Membaca Al-Qur‘ân termasuk ibadah paling utama dan mendekatkan diri kepada
Allah. Setiap huruf yang Anda baca mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan akan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Sama halnya dengan banyak membaca
surat-surat yang telah dihafal, ia dapat menambah kemantapan hafalan dan
tertanamnya dalam memori. Khususnya pada waktu shalat, maka
bersungguh-sungguhlah Anda melakukan muraja‘ah yang telah dihafal dengan
membacanya ketika shalat. Ingatlah, qiyamullail (bangun malam) dan ketika
shalat tahajjud beberapa raka’at, Anda membaca ayat-ayat yang Anda hafal
merupakan pintu paling agung di antara pintu-pintu ketaatan, dan membuat orang
lain yang sulit menghafal menjadi iri terhadap apa yang Anda hafal.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah membimbing kita kepada metode ini, yang merupakan kebiasaan orangorang
shalih, supaya hafalan Al-Qur‘ân kita menjadi kuat melekat, dan selamat dari
penyakit lupa. Dari Sahabat ‘Abdullâh bin ‘Umar Radhiallahu’anhu bahwasanya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dan apabila shahibil-Qur‘ân
(penghafal Al-Qur‘ân) menghidupkan malamnya, lalu membaca Al-Qur‘ân pada malam
dan sianganya, niscaya ia akan ingat. Dan apabila dia tidak bangun, maka
niscaya dia akan lupa. (HR
Muslim).
EMPAT BELAS Menghafal Sendiri
Sedikit Manfaatnya Karena kebiasaan
manusia itu menundanunda amalan. Setiap kali terlintas dalam pikirannya bahwa
ia harus segera menghafal, datang kepadanya kesibukan-kesibukan dan jiwa yang
mendorongnya untuk menunda amalan. Akibatnya membuat tekadnya cepat melemah.
Adapun menghafal bersama seorang teman atau lebih, mereka akan membuat langkah-langkah
tertentu. Masing-masing saling menguatkan antara yang satu dengan lainnya,
sehingga menumbuhkan saling berlomba di antara mereka, serta memberi teguran
kepada yang meremehkan. Inilah metode yang dapat mengantarkan kepada tujuan,
Insya Allah.
Cobalah perhatikan, betapa banyak
pemuda telah menghafal sekian juz di halaqah tahfizhul- Qur’ân di
masjid, kemudian mereka disibukkan dari menghadiri halaqah ini. Mereka
menyangka akan (mampu) menyempurnakan hafalan sendirian saja, dan tidak
membutuhkan halaqah lagi. Tiba-tiba keinginan itu menjadi lemah lalu )ia pun)
berhenti menghafal. Yang lebih parah lagi, orang yang seperti mereka
kadang-kadang disibukkan oleh berbagai urusan dan pekerjaan. Kemudian mereka
tidak mengulang hafalan yang telah dihafalnya. Hari pun berlalu, sedangkan
semua hafalan mereka telah lupa. Mereka telah menyia-nyiakan semua yang telah
mereka peroleh.
Menghafal sendiri bisa membuka
peluang pada diri seseorang terjerumus ke dalam kesalahan saat ia mengucapkan
sebagian kalimat. Tanpa ia sadari, kesalahan itu terkadang terus berlanjut
dalam jangka waktu yang lama. Tatkala ia memperdengarkan hafalannya kepada
orang lain atau kepada seorang ustadz di halaqah, maka kesalahannya akan
nampak.
Oleh karena itu, wahai saudaraku!
Pilihlah menghafal bersama mereka apa yang mudah bagi Anda untuk menghafalnya
dari Kitabullâh, mengulang hafalan Anda bersama mereka. Ini merupakan
sebaik-baik perkumpulan orangorang yang saling mencintai karena Allah
Subhanallahu wa Ta’ala.
LIMA BELAS Teliti Terhadap Ayat-Ayat
Mutasyabihat
Sangat penting untuk memperhatikan
ayat-ayat mutasyabih (serupa) di sebagian lafazh-lafazhnya, dan
membandingkan ayat-ayat mutasyabih itu di tempat-tempat (lainnya). Ketika Anda
menghafalnya, alangkah baik jika ayat-ayat mutasyabih itu disalin di
buku yang khusus. Supaya letak ayat-ayat mutasyabih itu dapat Anda ingat ketika
mengulangi membacanya.
Dapat dilihat pada sebagian
penghafal yang tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih yang satu dengan
lainnya. Sehingga mereka terjatuh dalam kesalahan ketika menyetor hafalan,
disebabkan tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih itu. Dalam hal ini,
suatu ayat tertentu membuat mereka menjadi ragu dikarenakan menyerupai dengan
ayat pada surat lain. Ketika membaca ayat-ayat tersebut, ternyata berpindah ke
surat berikutnya tanpa mereka sadari. Bisa jadi ketika menyetor hafalan,
kadangkala berpindah ke ayat mutasyabih yang ketiga atau keempat apabila ayat
mutasyabih itu ada di beberapa tempat. Oleh karena itu, metode yang paling baik
agar hafalan menjadi mantap, yaitu memusatkan perhatian terhadap ayat-ayat yang
sama antara satu dengan lainnya. Curahkan kesungguhan dan fokuskan diri Anda
dalam mencermatinya.
Para ulama telah menyusun berbagai
kitab dalam masalah ini. Di antara kitab yang paling bagus. ialah kitab
Mutasyabihul Quranil ‘Azhim karya Imam Abi al-Hasan bin al-Munadi wafat
pada tahun 366 H, dan kitab Asraru Tikrari fil Quran karya seorang qari‘
handal, Muhammad bin Hamzah al-Karmani, seorang ulama abad kelima Hijriyah.
Sebagian ulama juga menyusun Mandzumah Syi’riyyah (susunan bait-bait
sya’ir) dalam masalah ini, untuk memudahkan para penuntut ilmu menghafalnya. Di
antaranya, kitab Nudzhmu Mutasyabihil Quran karya Syaikh Muhammad
at-Tisyiti, (ia) termasuk ulama abad kesebelas Hijriyah.
Imam Ibnu Munadi dalam menjelaskan
pentingnya mengetahui letak (tempat-tempat) ayat-ayat Al-Qur‘ân yang
mutasyabih, (beliau) berkata: “Mengetahui tempat-tempat ayat-ayat mutasyabih,
sesungguhnya dapat membantu menambah kekuatan hafalan seseorang, dan melatih
orang yang masih menghafal. Sebagian ahli qiraat telah membukukan hal ini, lalu
menyebutnya dengan al-mutasyabih, penolak dari buruknya hafalan”.9
Oleh karena itu,
bersungguh-sungguhlah, wahai saudaraku dengan wasiat dan bimbingan ini.
Segeralah menghafal Kitabullâh, merenungi ayat-ayatnya, dan berpegang teguh
dengan petunjuknya, sebab Kitabullâh merupakan cahaya yang nyata dan jalan yang
lurus. Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala :
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah
datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang
kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin- Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(Qs al-Mâidah/5:15-16).
Langganan:
Postingan (Atom)